Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

Adanya kerajaan Hindu-Budha di Indonesia berkaitan erat dengan kebudayaan dan kepercayaan atau agama Hindu-Budha. Di mana kepercayaan atau agama Hindu-Budha mulai masuk Indonesia sekitar abad ke-3 Masehi. Sebelumnya, masyarakat Indonesia menganut animisme dan dinamisme.

Animisme adalah kepercayaan akan adanya roh-roh nenek moyang dalam suatu benda, baik benda bernyawa atau tidak bernyawa. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda keramat seperti keris tua, tombak kuno, atau pedang kuno karena dianggap mempunyai kekuatan ghaib. Penganut Animisme dan dinamisme mulai meninggalkan kepercayaan tersebut setelah ajaran agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia.

Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia adalah kerajaan dengan corak Hindu dan Budha, bisa jadi kerajaan hanya bercorak Hindu saja atau corak Budha saja. Salah satu karakteristik dari kerajaan Hindu-Budha di Indonesia adalah memiliki candi yang diketahui sebagai tempat ibadah.

Ada cukup banyak kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang pernah berkuasa seperti Kerajaan Kutai, Melayu, Sriwijaya, Tarumanegara, Mataram Kuno, Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Beberapa kerajaan tersebut berlokasi menyebar di wilayah nusantara.

Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

Baca Juga: Sejarah Lahirnya Pancasila

Bagaiman cerita sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia selama berkuasa? Apa saja peninggalan sejarah yang menjadi bukti kebenaran adanya kerjaan Hindu-Budha di Indonesia? Sobat idschool dapat mencari tahu jawabannya melalui ulasan singkat sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia berikut.

Table of Contents

1. Kutai (400-1635 M): Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Wilayah Kalimantan Timur

Kerjaan Kutai

Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang berdiri sekitar abad ke-4 masehi. Lokasi kerajaan Kutai berada di hulu sungai Mahakam, Muara Kaman, Kalimantan Timur.

Pendiri Kerajaan Kutai adalah raja pertamanya yang bernama Raja Kudungga. Kerajaan kutai mencapai masa kejayaan di bawah pemerintahan Raja Mulawarman (cucu dari Raja Kudungga). Kerajaan Kutai berakhir ketika Maharaja Dharma Setia yang tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara.

Bukti sejarah kerajaan Kutai terdapat pada tujuh prasasti Yupa yang ditulis dalam Bahasa Sansekerta dan huruf pallawa. Yupa tersebut merupakan tugu batu peringatan yang dibuat oleh para Brahmana atas kedermawanan Raja Mulawarman. Penggunaan huruf Pallawa pada Yupa menunjukkan bahwa adanya pengaruh India Selatan di Kutai pada masa itu.

2. Kerajaan Melayu di Sumatra (671-1375 M)

Kerajaan Melayu

Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia berikutnya yang pernah berkuasa adalah Kerajaan Melayu yang berada di Pulau Sumatera. Diketahui bahwa kerajaan Melayu merupakan kerajaan dengan corak Budha. Letak kerajaan Melayu diperkirakan berada di Jambi pada tepi alur Sungai Batanghari.

Keberadaan kerajaan Melayu tercatat dalam sebuah catatan perjalanan seorang pengelana dari China yang bernama I-Tsing. Bukti lainnya terdapat pada kitab Negarakertagama, nama Kerajaan Melayu muncul pada keterangan ekspedisi Pamalayu yaitu ekspedisi penaklukan ke Sumatra.

Belum ada sumber sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang menyebutkan siapa raja pertama Kerajaan Melayu. Catatan sejarah menerangkan raja yang dianggap memimpin pada 1183 adalah Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa.

3. Kerajaan Sriwijaya di Sumatra (671-1377 M)

Kerajaan Sriwijaya pada awalnya berpusat di sekitar Sungai Batanghari pantai Timur Sumatra, kemudian daerah kekuasannya meluas ke Semenanjung Malaya dan Jawa Barat.

Kerajaan Sriwijaya

Diketahui bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan dengan corak Buhda terbesar di Sumatra. Keterangan sejarah menyatakan bahwa kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang mendominasi Sumatra sejak abad ke-7 adalah Kerajaan Sriwijaya. Diketahui bahwa Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pembelajaran agama Budha dan pusat penyebarannya hingga ke Asia Tenggara.

Raja pertama yang dianggap sebagai pendiri Kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Raja Dapunta Hyang berhasil menaklukan daerah Jambi yang sebelumnya merupakan wilayah kerajaan Melayu. Raja yang berkuasa pada puncak kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa pada abad ke-8.

Di bawah kekuasaan Raja Balaputradewa, wilayah kekuasan Kerajaan Sriwijaya semakin meluas hingga ke semenanjung Malaya. Perluasan wilayah Kerajaan Sriwijaya membuat kerajaan ini menjadi kerajaan maritim yang menguasai alur pelayaran dan jalur perdagangan di Laut Cina Selatan dan Selat Malaka.  

Bukti sejarah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia akan keberadaan Kerajaan Sriwijaya terdapat pada sumber asing dan dalam negeri.

  • Sumber asing: catatan perjalanan I-Tsing, prasasti Ligor, dan prasasti Nalanda
  • Sumber dalam negeri: prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Kota Kapur, prasasti-prasasti Siddhayatra, Telaga Batu, dan Karang Berahi.
  • Bukti lain keberadaan Kerajaan Sriwijaya berupa bangunan candi yaitu candi Muaro Jambi dan candi Muara Takus.

Raja terakhir dari kerajaan Sriwijaya adalah Sri Sanggrama Wijayatunggawarman. Sriwijaya mulai runtuh karena serangan dari kerajaan Chola, India. Kerajaan Melayu yang berada di bawah Kerajaan Sriwijaya kemudian dikuasai oleh Kerajaan Singasari. Kerajaan pun semakin melemah dan akhirnya runtuh pada sekitat tahun 1377 (akhir abad ke-14) akibat serangan Kerajaan Majapahit.

4. Kerajaan Tarumanegara (358-700) di Jawa Barat

Kerajaan Tarumanegara

Berdasarkan sumber sejarah, Kerajaan Tarumanegara didirikan pada 358 M oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman yang juga merupaka raja pertamanya. Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang berlokasi Bogor, Jawa Barat dengan pusat kerajaan di Sundapura. Wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara meliputi wilayah bagian barat Pulau Jawa. Masa kekuasaan Tarumanegara berada pada abad ke-4 hingga ke-7 Masehi.

Sumber asing yang menerangkan keberadaan sejarah Kerajaan Tarumanegara adalah catatan sejarah penjelajah China bernama Fa Hien (Faxian/Fa-hsien). Selain itu, ada pula catatan dari kerajaan Dinasti Sui (581 – 618 M) dan Dinasti Tang (618-690 M, 705-907 M). Sumber sejarah dari kerajaan Tarumanegara yang berada di dalam negeri berupa tujuh buah prasasti berikut.

Tujuh Prasasti Peninggalam Kerajaan Tarumanegara:

  • Ciaruteun
  • Kebon Kopi I & II
  • Jambu
  • Muara Cianten
  • Tugu
  • Pasir Awi
  • Munjul

Dari beberapa prasasti tersebut menerangkan bahwa puncak kejayaan Kerajaan Tarumanegara terjadi pada masa kekuasaan raja Purnawarman (395 – 434 M).

Kehidupan masyarakat kerajaan Tarumanegara mengandalkan sektor pertanian dan perdagangan. Keterangan tersebut terdapat pada isi prasasti Tugu yang dibuat pada masa Raja Purnawarman mengenai penggalian sungai. Penggalian ini berupaya untuk menghindari banjir dan untuk mengisi irigasi pertanian.

Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara ditulis dengan Bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa menunjukkan adanya pengaruh Hindu India pada kerajaan ini.

Berdasarkan keterangan pada Prasasti Kebon Kopi I, Tarumanegara menganut agama Hindu beraliran Wisnu. Pada prasasti tersebut termuat dua kaki gajah Airawata. Selain menganut agama Hindu beraliran Wisnu, ada sedikit masyarakat yang beragama Budha dan Animisme. Keterangan tersebut terdapat berita Fa Hien.

Akhir Kerajaan Tarumanegara terjadi pada tahun 670 M. Pada waktu itu, Raja Tarusbawa yang menggantikan Raja Linggawarman membagi Kerajaan Tarumanegara menjadi dua, di mana Sungai Citarum sebagai pembatasnya. Dua wilayah hasil pembagian tersebut adalah Kerajaan Sunda yang dipegang oleh Tarusbawa dan Kerajaan Galuh yang dipegang oleh Wretikandayun.

5. Kerajaan Pajajaran (1042-1482) di Jawa Barat

Kerajaan Pajajaran dikenal juga sebagai Kerajaan Sunda-Galuh karena kerajaan ni berkembang dari dua kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang sebelumnya terpisah. Lokasi Kerajaan Pajajaran berada di Parahyangan Sunda, wilayah Pakuan (sekarang adalah Bogor), Jawa Barat.

Kerajaan Pajajaran mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan raja pertama yaitu Sri Baduga Maharaja atau lebih dikenal dengan Prabu Siliwangi. Raja terakhir dari Kerajaan Pajajaran adalah Prabu Suryakencana.

Kerajaan Pajajaran

Pada masa pemerintahan Raja Linggabuana (abad ke-14 M), Kerajaan Pajajaran terlibat perang Bubat dengan kerajaan Majapahit (di bawah Raja Hayam Wuruk). Sumber rujukan tertua mengenai adanya perang tersebut terdapat dalam surat Pararaton dan Kidung Sunda.

Kerajaan Pajajaran runtuh akibat serangan bertubu-tubi dari pasukan Kerajaan Islam Banten yang dipimpin oleh Maulana Hasanuddin. Sebagian orang yang selamat dari serangan itu menyingkir ke pedalaman dan membentuk komunitas yang mengisolasi diri mereka dari luar. Sebagian peneliti berpendapat bahwa komunitas inilah yang sekarang bernama Suku Baduy.

Baca Juga: 3 Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Saat Proklomasi Kemerdekaan RI

6. Kerajaan Mataram Kuno/Mataram Hindu/Medang (899-911 M) di Jawa Tengah

Kerajaan Mataram Kuno atau Matarm Hindu adalah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang dikenal dengan sebutan Kerajaan Medang. Sumber keberadaa Kerajaan ini terdapat pada prasasti Canggal, Kalasan, dan Mantyasih.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno berada di Jawa Tengah dengan kawasan pokok Kerajaan Mataram Kuno disebut Bumi Mataram. Pusat kerajaan Mataram Kuno pada masa awal berdiri diperkirakan berada di sekitar wilayah Mataram, sekarang Yogyakarta.

Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah pendiri Wangsa Sanjaya yang menganunt agama Hindu yaitu Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Sepeninggal Sanjaya, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno berpindah kepada Rakai Panangkaran dan menjadi masa kekuasaan Wangsa Syailendra. Pada masa Wangsa Syailendra, agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno.

Kerajaan Mataram Kuno (Mataram Hindu) atau Kerajaan Medang

Kerajaan Mataram meliputi tiga wangsa atau dinasti yaitu Wangsa Sanjaya (pemeluk Hindu Siwa), Wangsa Syailendra (pemeluk Budha), dan Wangsa Isana (wangsa baru oleh Mpu Sindok).

Salah satu raja yang termashur dari Kerajaan Mataram Kuno adalah Samaratungga. Pada masa pemerintahan Samaratungga dibangun Candi Borobudur yang menjadi candi terbesar Agama Budha di nusantara.

Raja setelah Samaratungga adalah Rakai Pikatan yang menjadi raja setelah pernikahannya dengan Pramodawardhani (putri Raja Samaratungga). Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya.

Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dibangun Candi Prambanan dengan corak kepercayaan Hindu Siwa. Pada masa Rakai Pikatan, seorang anggota Wangsa Syailendra bernama Balaputradewa (saudara Pramodawardhani) disingkirkan karena menginginkan kekuasaan. Kekalahan Balaputradewa membuatnya melarikan diri ke Kerajaan Sriwijaya yang kemudian menjadi raja di sana.

Pada kekuasaan Rakai Watukura Dyah Balitung terjadi perluasan wilayah kerajaan yang meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sehingga, Kerajaan Mataram Kuno disebut mengalami masa kejayaan pada masa Raja Balitung.

Wangsa Sanjaya Kerajaan Mataram Kuno berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa yang digantikan Mpu Sindok. Pusat Kerajaan Matarm Kuno dipindahkan di Jawa Timur dengan wangsa baru bernama Wangsa Isana.

7. Kerajaan Singasari (1222-1292 M) di Jawa Timur

Kerajaan Singasari adalah sebutan untuk sebuah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dengan nama Kerajaan Tumapel yang didirikan oleh Ken Arok pada 1222 Masehi. Lokasi KerajaanSingasari diperkirakan berada di wilayah Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Kerajaan Singasari

Sumber sejarah keberadaan Kerajaan Singasari tercantum dalam kitab Pararaton dan Negarakertagama. Antara dua kitab tersebut memiliki cerita sejarah yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada daftar penguasa yang pernah menjadi raja di Kerajaan Singasari.

Daftar Raja Singasari pada Kitab Pararaton:

  • Tunggul Ametung: pemimpin wilayah Tumapel
  • Ken Arok: pengawal raja yang membunuh raja Tunggul Ametung dan menjadi pemimpin Tumapel
  • Anusapati (putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes) membunuh Ken Arok dan kemudian menjadi Raja Singasari
  • Tohjaya (putra Ken Arok dan Ken Umang): membunuh Anusapati dan merebut kekuasaan sehingga menjadi Raja Singasari
  • Wisnuwardhana (putra Anusapati): menggulingkan pemerintahan Tohjaya
  • Kertanagara: putra Wisnuwardhana, raja terakhir dari Kerajaan Singasari

Daftar Raja Singasari yang terdapat pada kitab Negarakertagama:

  • Rangga Rajasa: penguasa Tumapel yang mengalahkan Kerajaan Kediri
  • Anusapati: putra Rangga Rajasa
  • Wisnuwardhana: putra Anusapati
  • Kertanagara: putra Wisnuwardhana, raja terakhir dari Kerajaan Singasari

Pada masa kekuasaan Kertanegara, Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Singasari mencakup Bali, Sunda, sebagian Kalimantan, sebagian Sumatera, dan kawasan Selat Malaka.

Raja Kertangera menjadi raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Kertanegara terbunuh ketika terjadi pemberontakan oleh Jayakatwang dari Kerajaan Kediri pada tahun 1292.

Baca Juga: Latar Belakang Pembentuka ASEAN

8. Kerajaan Majapahit (1293-1500 M) di Jawa Timur

Kerajaan Majapahit

Sumber sejarah Kerajaan Majapahit berasal dari kitab Pararaton, Negarakertagama, Sundayana, dan Usaha Jawa. Pendiri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya yang juga menjadi raja pertama. Pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit diperkirakan berada di wilayah Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Jawa Timur. Puncak kejayaan Kerajaan Majapahit berada pada masa kepemimpinan Raja Hayam Wuruk.

Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk kerajaan ini merupakan kerajaan yang kuat. Bahkan, Majapahit terkenal dengan penaklukkan seluruh Nusantara dan berhasil menguasai sebagian besar Indonesia. Majapahit tercatat sebagai kerajaan Hindu terbesar yang pernah menguasai nusantara.

Baca Juga: Ringkasan Singkat Sejarah Kerajaan Majapahit

Setelah Hayam Wuruk meninggal, Kerajaan Majaphit mulai kehilangan kekuasannya. Sejarah mencatat bahwa kerajaan Majapahit menjadi kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang terakhir menguasai nusantara.

Kemunduran kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah masuknya ajaran agama Islam. Fakta ini diperkuat dari kerajaan-kerajaan Islam yang mengisi sejarah Indonesia setelah kemunduran kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.

Demikianlah tadi ulasan materi kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Terima kasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat!

Baca Juga: Isi Tritura dan Latar Belakang yang Melandasinya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.