Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru

Puisi adalah salah satu jenis karya sastra dengan aturan tertentu yang pada umumnya dirangkai dengan bahasa yang indah. Ada dua jenis puisi yaitu puisi lama dan puisi baru. Perbedaan puisi lama dan puisi baru terdapat pada karakteristik puisi yang meliputi susunan bait, baris, suku kata, rima, dan irama puisi. Perbedaan puisi lama dan puisi baru dapat juga dikenali dari bentuk dan isi puisi apakah memiliki sampiran atau berupa isi semuanya.

Dalam puisi terdapat irama/ritme, rima/persajakan, baris, dan bait. Irama atau ritme dalam puisi adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, keras dan lembut ucapan bunyi. Rima atau persajakan dalam puisi adalah pengulangan bunyi yang berselang dalam larik sajak atau akhir larik sajak. Sementara baris dan bait merupakan susunan puisi, di mana beberapa baris dalam puisi disebut bait. Dalam puisi, satu baris terdiri dari beberapa kata tanpa tanda tanda titik pada akhir bagian.

Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru

Baca Juga:  Cara Penulisan Daftar Pustaka Dari Berbagai Sumber

Dapat disimpulkan bahwa perbedaan puisi lama dan puisi baru terdapat pada aturan yang mengikat susunan baris, bait, rima, atau irama pada puisi lama. Bagaimana susunan baris, bait, rima, atau irama pada puisi lama? Bagaimana susunan baris, bait, rima, atau irama pada pada puisi baru? Sobat idschool dapat mencari tahu melalui ulasan perbedaan puisi lama dan puisi baru di bawah.

Table of Contents

Karakteristik Puisi Lama

Pada umumnya, puisi lama merupakan puisi yang banyak dihasilkan sebelum abad ke-20. Sehingga puisi ini cenderung memiliki aturan dan bermakna yang sering digunakan saat upacara adat dan menjadi bagian dari pentas drama tradisional. Meskipun demikian, tidak semua puisi lama yang ditemui dihasilkan sebelum waktu tersebut.

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, banyak suku kata dalam satu baris, sajak, serta ketentuan jumlah sampiran dan isi. Ketentuan yang digunakan tergantung dari termasuk jenis puisi lama mana yang dibuat.

Ciri-ciri puisi lama:

  • Jumlah baris dalam satu bait memiliki ketentuan
  • Jumlah suku kata dalam satu baris memiliki ketentuan
  • Bunyi akhir atau sajak pada setiap baris memiliki ketentuan sesuai jenis dari puisi lama
  • Umumnya tidak diketahui siapa pengarangnya
  • Bersifat istana sentris (menceritakan kehidupan kerajaan)
  • Sastra lisan, disampaikan atau dibicarakan dari mulut ke mulut

Contoh karya sastra yang termasuk dalam puisi lama antara lain pantun, karmina, talibun, seloka, gurindam, bidal, dan syair.

  • Pantun: puisi dengan empat baris dalam 1 bait bersajak a – b – a – b, dengan dua baris pertama adalah sampiran dan dua baris selanjutnya merupakan isi
  • Karmina: pantun kilat dengan dua baris setiap bait yang bersajak a – a
  • Talibun: pantun yang jumlahnya lebih dari empat baris dan selalu henap (6, 8, 10, dst)
  • Seloka: pantun berkait
  • Gurindam: puisi lama dengan isi berupa nasehat yang cukup jelas, bersajak a – a, b – b, c – c, dst
  • Bidal: kalimat singkat yang mengandung pengertian dalam bentuk kiasan
  • Syair: puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam satu bait yang semuanya merupakan isi, setiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata, bersaja a – a – a – a

Baca Juga: Macam-Macam Puisi Rakyat dan Contohnya

Karakteristik Puisi Baru

Karya sasta berupa puisi baru tidak banyak memiliki aturan seperti pada puisi lama. Aturan yang mengikat puisi puisi baru lebih bebas dari segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Penggunaan gaya bahasa pada puisi baru bersifat dinamis atau berubah-ubah. Isi pada puisi baru umumnya mengenai curahan hati/pikiran tentang kehidupan.

Ciri-ciri puisi baru:

  • Tidak terikat pada aturan tata bahasa
  • Tidak ada ketentuan dari banyaknya baris dalam satu bait
  • Nama pengarang disebutkan dengan jelas
  • Jumlah bait tidak ditentukan
  • Rima atau persajakan yang digunakan sesuai dengan kehendak dari penyair
  • Disampaikan secara lisan atau melalui kertas/buku

Contoh karya sastra yang termasuk puisi baru adalah balada, romance, himne, epigram, ode, elegi, dan satire.

  • Balada: berisi kisah tentang sesuatu atau seseorang
  • Romance: puisi tentang sebuah luapan perasaan cinta, kasih, dan sayang
  • Himne: puisi tentang pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
  • Epigram: mengenai tuntutan atau ajaran hidup
  • Ode: sangjungan untuk orang yang telah berjasa
  • Elegi: mengenai ratapan tangis atau kesedihan
  • Satire: sidiran atau sebuah kritikan

Baca Juga: Macam-Macam Puisi Baru dan Contohnya

Tabel Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru

Dua bahasan mengenai jenis puisi di atas dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan apa perbedaan puisi lama dan puisi baru. Di mana kesimpulan secara umum untuk perbedaan puisi lama dan puisi baru terdapat pada ikatan persajakan, puisi baru tidak terikat jumlah baris. Secara ringkas, perbedaan puisi lama dan puisi baru terdapat dalam tabel berikut.

Tabel Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru

Sobat idschool dapat melihat salah dua contoh bentuk puisi di bawah untuk lebih mengenal perbedaan puisi lama dan puisi baru.

Contoh Puis Lama – Pantun:
Terbang rendah burung peragam
Dari huma terbang ke hutan
Budaya daerah beraneka ragam
Mari bersama kita lestarikan

Contoh Puisi Baru – Balada:
Balada Ibu yang dibunuh Karya: W.S. Rendra (Si Burung Merak)

Sumber gambar: W. S. Rendra (beritapkas.com dalam Ensiklopedia.Kemdikbud)

Ibu musang dilindung pohon tua meliang
Bayinya dua ditinggal mati lakinya.

Bulan sabit terkait malam memberita datangnya
Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang.

Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia
Dirasukinya dusun-dusun, semak-semak, taruhan harian atas nyawa.

Burung kolik menyanyikan berita panas dendam warga desa
Menggetari ujung bulu-bulunya tapi dikibaskannya juga.

Membubung juga nyanyi kolik sampai mati tiba-tiba
Oleh lengking pekik yang lebih menggigitkan pucuk-pucuk daun
Tertangkap musang betina dibunuh esok harinya.

Tiada pulang ia yang mesti rampas rejeki hariannya
Ibu yang baik, matinya baik, pada bangkainya gugur pula dedaun tua.

Tiada tahu akan meraplah kolik meratap juga
Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara
Lalu satu ketika di pohon tua meliang
Matilah anak-anak musang, mati dua-duanya.

Dan jalannya semua peristiwa
Tanpa dukungan satu dosa, tanpa.

Demikianlah tadi ulasan perbedaan puisi lama dan puisi baru, di mana perbedaan puisi lama dan puisi baru terdapat pada aturan banyaknya bait, baris, suku kata, ritme, dan rima atau persajakan. Terima kasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat!

Baca Juga: Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.