Komunitas Adat Samin

Komunitas Adat Samin merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki Indonesia. Penduduknya akrab dengan sebutan masyarakat Samin merupakan pewaris budaya tani yang tinggal mengelompok di suatu daerah di Indonesia. Mereka hidup mengelompok di suatu daerah di luar masyarakat umum. Keberadaan komunitas adat Samin menjadi komunitas yang menarik, sehingga banyak pihak yang tertarik menjadikannya sebagai obyek penelitian.

Melalui halaman ini, akan diulas apa itu komunitas adat Samin, sejarah awal mula komunitas adat Samin, lokasi dan lingkungan alam komunitas adat Samin, pandangan hidup komunitas adat Samin, dan kearifan lokal komunitas adat samin. Simak lebih lengkap ulasannya pada pembahasan-pembahasan berikut.

adat samin

Apa Itu Komunitas Adat Samin?

Komunitas Adat Samin adalah sekelompok masyarakat yang mempraktekan ajaran Samin (disebut juga Pergerakan Samin/Saminisme). Masyarakat yang berada pada Komunitas adat Samin merupakan keturunan para pengikut Samin Surosentiko. Ajaran yang berlaku adalah sedulur sikep, di mana mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan.

Hingga pada sampai di masa sekarang, ajaran komunitas adat Samin mempunyai tata cara, adat istiadat, bahasa, dan norma-norma yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya.

Di dalam komunitas adat Samin, orang (wong) Samin seringkali disebut juga orang (wong) sikep atau sedulur (sikep), digabung menjadi wong sikep. Arti sebutan tersebut adalah orang yang baik dan jujur. Hal ini sesuai dengan ajaran yang mereka terima untuk senantiasa menjadi orang baik dan jujur.

komunitas adat samin

Bentuk-bentuk interaksi sosial antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar berupa kerja sama, akomodasi dan asimilasi. Pada kalangan masyarakat umum, masyarakat Samin sangat dikenal sebagai karakter masyarakat yang sangat tertutup. Sehingga menimbulkan kendala dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat umum.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam interaksi sosial antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar akibat adanya perbedaan bahasa yang sulit dipahami oleh masyarakat sekitar dan adanya perbedaan nilai antara kedua kelompok sosial tersebut.

Lokasi dan Lingkungan Alam

Komunita adat Samin tersebar sampai di daerah Jawa Tengah. Konsentrasi terbesar komunitas adat samin berada di kawasan Blora (Jawa Tengah) dan Bojonegoro (Jawa Timur). Masing-masing bermukim di perbatasan kedua wilayah

Lokasi pertama komunitas adat Samin berada di Blora. Lengkapnya berlokasi di Dusun Tambak, Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.

Kabupaten Blora

Komunitas adat samin terbesar kedua berada di Bojonegoro. Lokasi lengkapnya berada di Dusun Jipang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.

Selain terpusat di dua wilayah itu, komunitas adat samin juga menyebar di sekitar wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penyebaran tersebut meliputi sebagian kecil daerah kudus, pati, dan beberapa wilayah lainnya.

Sejarah Komunitas Adat Samin

Sejarah komunitas adat samin sangat erat kaitannya dengan seorang tokoh bernama Samin Surosentiko. Nama Samin diambil dari tokoh tersebut, Ki Samin Surosentiko. Komunitas adat Samin sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Komunitas adat Samin dikenal sebagai masyarakat yang menolak membayar pajak dan menjual hasil bumi kepada pemerintahan penjajahan Belanda dan Jepang pada waktu itu.

Masyarakat Samin merupakan sekelompok orang yang mengikuti dan mempertahankan ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada masa kolonial Belanda pada tahun 1890. Masyarakat Samin sering membuat pemerintah Belanda maupun penjajahan Jepang kewalahan karena sikap menolak membayar pajak dan menjual hasil bumi kepada pemerintahan penjajahan Belanda dan Jepang pada masa lalu.

Kondisi masyarakat Samin sekarang masih lestari hidup berdampingan dengan masyarakat umum lainnya. Masyarakat Samin merupakan potret kehidupan masyarakat Jawa yang secara historis memiliki semangat hidup yang jauh kedepan.

Pelajaran yang perlu diambil dari komunitas adat samin adalah jangan mengambil apa pun yang bukan miliknya.

Tokoh di Balik Komunitas Adat Samin

Ki Samin Surosentiko dilahirkan pada tahun 1859 di Desa Ploso, Kecamatan Diren, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Nama asli dari Ki Samin Surosentiko adalah Raden Kohar. Beliau merupakan keturunan Kanjeng Pangeran Arya Kusumaningayu.

Samin Surosentiko

Samin dianggap sebagai seorang residivis, penjahat kambuhan yang keluar-masuk penjara oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Namun bagi masyarakat desa sekitar di pedesaan Bojonegoro, ia mempunyai predikat sebagai maling budiman (pencuri berhati mulia).

Sosok Samin juga dikenal sebagai intelektual desa di Klopoduwur – Blora. Samin merupakan seorang pemimpin yang sangat dihormati, pejuang pergerakan melawan pemerintah kolonial Belanda, dan guru kebatinan. Selain itu, sosok Samin disebut sebagai raja tanah Jawa, yakni Ratu Adil Heru Cakra yang bergelar Prabu Panembahan Suryangalam.

Pandangan Hidup Komunitas Adat Samin

Sekitar tahun 1890, Samin Surosentiko mulai menyebarkan ajarannya kepada para pengikutnya orang-orang satu desa. Samin Surosentiko dengan laku tapabrata ia memperoleh wahyu kitab Kalimosodo yang terdiri dari:

Serat punjer kawitan: berkaitan dengan ajaran tentang silsilah raja-raja Jawa, adipati-adipati wilayah Jawa Timur dan penduduk Jawa.


Serat pikukuh kasejaten: ajaran tentang tata cara dan hukum perkawinan yang dipraktikkan oleh masyarakat Samin.


Serat uri-uri pambudi, berisi tentang ajaran perilaku yang utama terdiri dari ajaran angger-angger pratikel (hukum tingkah laku), angger-angger pangucap (hukum berbicara), dan angger-angger lakonan (hukum yang harus dilakukan).

Angger-angger pratikel mengajarkan untuk:

  • Aja drengki (jangan dengki)
  • Aja srei (jangan iri hati)
  • Aja tukat – padu (jangan beradu mulut)
  • Aja dahpen-kemere (jangan suka mencampuri urusan orang lain)
  • Aja kutil-jumput (jangan mengambil hak milik orang lain)
  • Aja mbedog-colong (jangan mencuri atau mengambil tanpa ijin)

Angger-angger pangucap merupakan peringatan agar orang Samin tidak sembarangan ketika berbicara.

Angger-angger lakonan mengajarkan untuk bersikap sabar dan tawakal. Kesabaran perlu diingat-ingat dan tawakalnya dilaksanakan.

Serat jati sawit, buku yang membahas tentang kemuliaan hidup sesudah mati (kemuliaan hidup di akhirat).

Serat lampahing urip, buku yang berisi tentang primbon yang berkaitan dengan kelahiran, perjodohan, mencari hari baik untuk seluruh kegiatan aktivitas kehidupan.

Baca Juga: Budaya Malam Satu Suro

Kearifan Lokal Komunitas Adat Samin

Masyarakat samin memiliki enam prinsip dasar etika dalam bermasyarakat dan lima pantangan dasar dalam berinteraksi. Berikut ini adalah enam prinsip dasar etika dalam bermasyarakat dan lima pantangan dasar dalam berinteraksi yang berada di komunitas adat Samin.

Enam prinsip dasar etika dalam masyarakat Samin:

  • Aja Drengki: jangan membuat fitnah
  • Aja Srei: jangan serakah
  • Aja Panasten: jangan mudah tersinggung atau membenci sesama
  • Aja Dawen: jangan mendakwa tanpa bukti
  • Aja Kemeren: jangan iri hati/syirik, keinginan untuk memiliki barang yang dimiliki orang lain
  • Aja Nyiyo Marang Sepodo: jangan berbuat nista terhadap sesama penghuni alam
  • Aja bejok reyot iku dulure, waton menungso tur gelem di ndaku sedulur: jangan menyia-nyiakan orang lain tidak boleh, cacat seperti apapun, asal manusia adalah saudara jika mau dijadikan saudara

Lima pantangan dasar dalam berinteraksi yang berada di komunitas adat suku samin:

  • Bedok: menuduh
  • Colong: mencuri
  • Pethil: mengambil barang (barang yang masih menyatu dengan alam atau masih melekat dengan sumber kehidupannya) misalnya: sayur-mayur ketika masih di ladang
  • Jumput: mengambil barang (barang yang telah menjadi komoditas di pasar) misalnya: beras, hewan piaraan, dan kebutuhan hidup lainnya
  • Nemu Wae Ora Keno: menemukan menjadi pantangan.

Lingkungan alam menurut komunitas adat Samin adalah semua isi alam raya yang memberikan kehidupan meliputi tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan hewan.

Menurut mereka, alam itu identik dengan biyung (ibu) karena biyung adalah yang membuat hidup manusia sampai sekarang. Sehingga, manusia harus bersyukur dan menghargai alam sebagaimana kita menghormati seorang biyung.

Masyarakat komunitas adat Samin terkenal akan keluguan, kejujuran, dan sikap apa adanya. Sehingga banyak masyarakat umum yang memandang mereka secara berbeda. Namun, komunitas adat Samin mengajarkan kejujuran sebagai falsafah hidup masyarakat Samin. Ajaran ini baik ditiru oleh masyarakat umum karena sifat jujur adalah salah satu sifat yang selalu diajarkan oleh agama apapun. Sayangnya, sifat ini mulai banyak yang meninggalkannya.

Selain itu, komunitas adat Samin juga mengajarkan untuk selalu menjaga sikap dan berperilaku yang baik kepada sesama manusia. Mereka juga mengajarkan untuk selalu menjalin hubungan baik dengan lingkungan alam. Dengan menerapkan ajaran tersebut, komunitas Adat Samin mampu menjalin hubungan yang harmonis antara sesama manusia dalam hidup bermasyarakat.

Sekian ulasan mengenai komunitas adat Samin. Meliputi pengertian komunitas adat samin, sejarah awal mula komunitas adat samin, lokasi dan lingkungan alam komunitas adat samin, pandangan hidup komunitas adat samin, dan kearifan lokal komunitas adat samin. Terimakasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat.

Baca Juga: Sistem Penanggalan Masehi dan Hijriah

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.