Masa kemerdekaan Indonesia dimulai sejak dibacakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebelumnya, upaya mendapatkan kemerdekaan dilakukan bangsa Indonesia dengan berbagai usaha. Kemudian sesuai pada pembukaan UUD 1945: Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Apa saja peristiwa yang terjadi menuju kemerdekaan Indonesia? Bagaimana kondisi Indonesia pada masa kemerdekaan Indonesia? Sobat idschool dapat mencari tahu jawabannya melalui ulasan di bawah.
Persiapan Menuju Masa Kemerdekaan Indonesia
Kondisi Jepang pada akhir tahun 1944 semakin terdesak pada Perang Asia Pasifik. Hal ini ditandai dengan daerah jajahan Jepang yang berhasil diambil alih oleh sekutu. Jepang kemudian mencari dukungan kepada bangsa-bangsa yang diduduki sebagai upaya Jepang dalam menghadapi sekutu. Caranya adalah dengan memberikan janji kemerdekaan untuk menarik simpati dan berkenan membantu Jepang melawan sekutu.
Berkaitan dengan janji yang disampaikan oleh Jepang dibentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indoensia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Selain kedua perkumpulan tersebut, sebuah peristiwa yang terjadi di Rengasdengklok juga menjadi bagian dari persiapan kemerdekaan Indonesia.
Ringkasnya, persiapan menuju masa kemerdekaan Indonesia meliputi peritiwa pembentukan BPUPKI, PPKI, dan peristiwa Rengasdengklok.
Pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Pembentukan BPUKI dilakukan pada awal menuju masa kemerdekaan Indonesia yaitu tanggal 1 Maret 1945. Ketua BPUPKI adalah Dr. K. R. T. Radjiman Wedyodiningrat dan terdiri dari 63 orang yang bergabung. Perkumpulan BPUPKI melakukan dua kali sidang.
Sidang pertama BPUPKI: 29 Mei – 1 Juni 1945
Sidang BPUPKI pertama membahas rumusan dasar negara Indonesia yang diusulkan oleh oleh tiga tokoh. Ketiga tokoh tersebur adalah Mr. Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Namun, rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat belum ditemukan kesepakatan sampai akhir masa sidang pertama. Sehingga dibentukan panitia kecil yang beranggotakan sembilan orang. Panitia ini dinamakan Panitia Sembilan dengan ketua oleh Ir. Soekarno.
Tugas dari panitia sembilan adalah mengolah usulan dari anggota BPUPKI mengenai dasar negara Republik Indonesia. Pertemuan Panitia Sembilan menghasilkan rumusan yang disebut Jakarta Charter atau Piagam Jakarta yang disetujui dan ditandatangani pada 22 Juni 1945. Isi Piagam Jakarta memuat tujuan dasar negara yang termuat dalam lima sila yang disebut pancasila.
Sidang kedua BPUPKI: 10–17 Juli 1945
Sidang kedua BPUPKI membahas rencana Undang-Undang Dasar (UUD) dan bentuk negara. Hasil sidang kedua ini menghasilkan pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan UUD, dan batang tubuh UUD.
Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah menyelesaikan tugasnya untuk menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi Indonesia.
Baca Juga: Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih pada Saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Setelah pembubaran BPUKI selanjutnya dibentuk PPPKI dengan ketua oleh Ir. Soekarno dan wakil ketua oleh Drs. Mohammad Hatta. Tugas utama PPKI adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan keperluan pergantian kekuasaan untuk bangsa Indonesia.
PPKI dilantik secara simbolik oleh Jendral Terauchi pada tanggal 9 Agustus 1945 dengan memanggil 3 tokoh nasional yakni Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Dr. Radjiman Wiedyodiningrat ke Saigon/Dalat, Vietnam. Dalam pelantikan tersebut diinformasikan bahwa pelaksanaan kemerdekaan dapat dilakukan segera dan wilayah Indonesia meliputi seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda.
Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa pengasingan Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta ke luar kota guna menghindari pengaruh Jepang. Upaya ini dilakukan setelah mendengar berita bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Lokasi pengasingan Soekarno-Hatta adalah rumah seorang petani bernama Djiaw Kie Siong yang berada di Rengasdengklok, Karawang.
Hasil dari upaya pengasingan ini adalah pemuda berhasil membujuk Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta untuk segera melaksanakan proklamasi. Dari rencana awal akan dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 1945 melalui PPKI. Proklamasi kemudian dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945 tanpa melalui PPKI.
Pelaksanakan proklamasi kemerdekaan pada tangga 17 Agustus 1945 tanpa PPKI menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hadiah dari Jepang.
Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Upacara pembacaan proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 pad pukul 10.00 WIB. Setelah pidato dan pembacaan proklamasi selesai, kemudian dilakukan pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat dan S. Suhud. Rakyat yang hadir dalam upacara tersebut tanpa komando serempak menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Pelaksanaan upacara proklamasi berlangsung secara sederhana dan hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Proklamasi kemerdekaan ini merupakan tonggak berdirinya negara Republik Indonesia yang berdaulat.
Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada Masa Kemerdekaan Indonesia
Indonesia belum memiliki kepala pemerintahan dan sistem administrasi wilayah yang jelas. Setelah proklamasi kemerdekaan, segera dibentuk kelengkapan pemerintahan dengan tujuan agar pembangunan dapat berlangsung dengan baik. Para pemimpin segera membentuk lembaga pemerintahan dan kelengkapan negara sehari setelah proklamasi yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.
PPKI segera menyelenggarakan rapat-rapat yang menghasilkan beberapa keputusan penting sebagai berikut.
- Pengesahan UUD 1945
- Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
- Pembagian Wilayah Indonesia
- Pembentukan Kementerian
- Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
- Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
Baca Juga: Kondisi Indonesia pada Masa Demokrasi Parlementar (1950-1959)
Dua Bentuk Perjuangan Mempertahankan Masa Kemerdekaan Indonesia
Setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia masih harus menghadapi Belanda yang ingin mengembalikan kekuasaannya atas Indonesia. Ada dua bentuk upaya yang dilakukan bangsa Indonesia dalam menghadapi Belanda yaitu secara diplomasi dan fisik.
Upaya mempertahankan kemerdekaan dengan cara diplomasi adalah karena tokoh-tokoh Indonesia tidak menginginkan pertumpahan darah lebih banyak lagi dari warga Indonesia. Beberapa perjuangan diplomasi yang dilakukan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan meliputi:
- Perundingan Linggajati
- Perjanjian Renville
- Perundingan Roem Royen
- Konferensi Meja Bundar
Bangsa Indonesia melakukan upaya mempertahankan kemerdekaan dengan fisik karena para tokoh-tokoh Indonesia selalu gagal dalam mencapai kesepakatan dengan cara diplomatis. Kondisi ini diperburuk dengan pihak Belanda yang selalu melanggar perjanjian dengan cara menyerang Indonesia. Perjuangan fisik (bersenjata) yang dilakukan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan meliputi beberapa peristiwa berikut.
- Pertempuran Surabaya
- Bandung Lautan Api
- Pertempuran Bojongkokosan
- Medan Area
- Pertempuran Ambarawa
- Agresi Militer Belanda I dan II
- Serangan Umum 1 Maret 1949
Demikianlah tadi ulasan masa kemerdekaan Indonesia penuh denga peristiwa perjuangan. Terima kasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat!
Baca Juga: 3 Jenis Organisasi pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia