UTBK 2024/Literasi dalam bahasa Indonesia
Ungkapan “nasi adalah fondasi” mencerminkan pentingnya beras sebagai komoditas pokok bagi masyarakat Indonesia. Beras merupakan komoditas dengan porsi terbesar dalam pengeluaran masyarakat untuk pangan, yaitu 4% dari pengeluaran konsumsi makanan penduduk perkotaan dan 8% untuk penduduk pedesaan pada tahun 2021. Karena signifikansinya dalam pengeluaran rumah tangga, harga beras memengaruhi tingkat inflasi dan tingkat kemiskinan. Setiap perubahan harga beras tercermin dalam tingkat inflasi serta mengurangi daya beli masyarakat miskin yang sebagian besar adalah konsumen bersih beras. Hal ini mengindikasikan bahwa pembuat kebijakan cenderung menginginkan harga beras yang rendah. Di sisi lain, beras juga menjadi sumber penghidupan 14 juta rumah tangga petani. Kedua sisi dari cerita ini telah menjadi alasan mengapa sektor beras selalu dalam situasi buntu. Upaya untuk mentransformasi sektor beras dan sektor pertanian di Indonesia menjadi pertanian yang berkelanjutan dan adil perlu memahami kedua sisi permasalahan ini.

Sebagian besar petani beras adalah berskala kecil dengan rata-rata kepemilikan lahan 0,67 hektare pada tahun 2013, di mana 14,2 juta dari 25,7 juta rumah tangga pertanian adalah petani tanpa lahan, yang menjadikan mereka konsumen neto beras jika mereka adalah petani beras. Sektor beras juga menghadapi masalah penuaan, dengan 62% petani berusia 45 tahun atau lebih.

Maraknya urbanisasi telah mendorong berubahnya fungsi lahan sawah, di mana antara tahun 2010 dan 2020 terjadi penurunan luas panen sebesar 20% secara nasional, dengan kisaran penurunan antara 7% hingga 59%. Penurunan ini terjadi di beberapa daerah produsen beras utama seperti Sumatra Barat dan Jawa Barat, yang masing-masing mengalami penurunan 36% dan 22%. Penurunan luas panen ini tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas yang signifikan. Secara nasional, hanya tujuh provinsi yang mengalami peningkatan luas panen beras. Sebagian produsen utama beras mengalami tren yang stagnan, sementara produsen utama lainnya justru mengalami penurunan produktivitas seperti Jawa Timur dan Sumlawesi Selatan. Hasilnya, produksi beras nasional turun dari 66 juta ton menjadi 55 juta ton di tengah pertumbuhan populasi Indonesia.

Selain penurunan luas panen, beras juga menghadapi tantangan dari perubahan iklim. Beras juga merupakan salah satu komoditas yang paling intenssif air (Oxfam, 2016) yang membuatnya lebih rentan menghadapi perubahan iklim. Produksi beras juga memberikan kontribusi yang siginifikan terhadap emisi karbon, terutama metana (World Bank, 2022). Oleh karena itu, target Indonesia untuk mengurangi jejak karbon juga mencakup sektor beras. Dengan karakteristik sektor beras yang berskala kecil namun merupakan tanaman pangan utama dalam negeri, segala upaya harus dilakukan dalam menjaga ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, dan mewujudkan pertanian berkelanjutan di Indonesia.

Soal 1

Menurut bacaan, beras menjadi sumber penghidupan rumah tangga petani karena ….

(A) 14 juta rumah tangga petani bergantung pada beras

(B) 25,7 juta rumah tangga pertanian bergantung pada beras

(C) 14,2 juta adalah petani tanpa lahan pertanian

(D) Rata-rata kepemilikan lahan adalah 0,67 hektare

(E) Kenaikan harga beras meningkatkan kesejahteraan

Jawab: (A)

Soal 2

Ungkapan “nasi adalah pondasi” dalam bacaan bermakna pentingnya komoditas pokok ini bagi masyarakat Indonesia karena ….

(A) Kenaikan harga beras mengurangi daya beli masyarakat

(B) Beras merupakan porsi terbesar dalam pengeluaran masyarakat untuk pangan

(C) Harga beras memengaruhi tingkat inflasi dan tingkat petani

(D) Beras menjadi sumber penghidupan 14 juta rumah tangga petani

(E) Beras merupakan 12% dari pengeluaran konsumsi makanan penduduk perkotaan

Jawab: (B)

Soal 3

Tantangan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan produksi beras di Indonesia adalah ….

(A) Maraknya urbanisasi yang mengakibatkan berubahnya fungsi lahan sawah

(B) Penurunan produktivitas di daerah produsen utama beras

(C) Penurunan luas panen, perubahan iklim, dan kontribusi terhadap emisi karbon

(D) Peningkatan luas panen beras hanya terjadi di tujuh provinsi

(E) Mayoritas petani beras berusia 45 tahun ke atas

Jawab: (C)

Soal 4

Dampak maraknya urbanisasi terhadap sektor beras di Indonesia ditandai oleh ….

(A) 62% petani beras berusia 45 tahun atau lebih

(B) 14,2 juta dari 25,7 juta rumah tangga pertanian adalah petani tanpa lahan

(C) Terjadinya perubahan fungsi lahan sawah di Sumatra Barat dan Jawa Barat

(D) Terjadinya penurunan luas panen sebesar 20% secara nasional tanpa peningkatan produktivitas

(E) Terjadinya penurunan luas panen antara 7% hingga 59% di Sumatra Barat dan Jawab Barat

Jawab: (C)

Soal 5

Alasan utama kebuntuan upaya mentransformasi sektor beras dan sektor pertanian di Indonesia menjadi pertanian yang berkelanjutan adalah ….

(A) Produksi beras harus memperhatikan perubahan iklim karena merupakan komoditas yang paling intensif air

(B) Peningkatan produksi beras mengalami tantangan karena memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi karbon

(C) Sebagian besar petani beras adalah rumah tangga pertanian tanpa lahan (konsumen neto beras) yang mengakibatkan mereka sulit keluar dari kemiskinan

(D) Maraknya urbanisasi telah mengubah fungsi lahan sawah yang mengakibatkan terjadinya penurunan luas panen yang tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas

(E) Harga beras memengaruhi tingkat inflasi dan daya beli masyarakat miskin, tetapi beras menjadi sumber penghidupan 14 juta rumah tangga petani

Jawab: (E)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *