Puisi baru memiliki bentuk yang tidak banyak terikat dengan ketentuan atau aturan baku yang mengaturnya. Pembuatan puisi baru cenderung fokus pada keindahan dan makna puisi. Macam-macam puisi baru dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan isi dan bentuknya. Ada tujuh macam-macam puisi baru berdasarakan isinya yang meliputi balada, romance, himne, epigram, ode, elegi, dan satire. Sedangkan macam-macam puisi baru berdasarkan bentuknya terdidiri dari distikon, terzina, kuatrain, kuint, sektet, septime, oktaf/stanza, dan soneta.
Puisi baru adalah jenis puisi yang bentuknya lebih bebas dari pada puisi lama dalam sehi jumlah baris dalam satu bait, banyak suku kata dalam satu baris, atau penggunaan rima/sajak. Meskipun begitu, puisi baru memiliki ciri atau karakteristik yang dapat dikenali. Karakteristik puisi baru diberikan seperti daftar berikut.
- Bentuknya simetris
- Mempunyai persajakan akhir yang biasanya teratur, namun tidak ada aturan yang mengharuskan
- Tidak ada aturan berapa banyak baris dalam setiap bait
- Tiap-tiap baris merupakan gatra (kesatuan sintaksis)
Bagaimana isi dari puisi baru yang merupakan balada? Bagaimana bentuk puisi baru yang merupakan soneta atau bentuk puisi baru lainnya?
Apa yang menjadi pembeda macam-macam puisi baru berdasarkan isinya? Apa yang menjadi pembeda macam-macam puisi baru berdasarkan bentuknya? Sobat idschool dapat mencari tahu lebih banyak melalui ulasan di bawah.
Table of Contents
Baca Juga: Perbedaan Puisi Baru dan Puisi Lama
Macam-Macam Puisi Baru Berdasarkan Isinya
Tujuh macam-macam puisi baru berdasarkan isinya terdiri dari balada, romance, himne, epigram, ode, elegi, dan satire. Pengertian setiap macam-macam puisi baru berdasarkan isi dan contohnya diberikan seperti ulasan berikut.
1. Balada: sebutan puisi baru yang isinya menceritakan sebuah kisah/cerita tentang sesuatu atau seseorang
Contoh balada:
Balada Lelaki-Lelaki Tanah Kapur (Karya W. S. Rendra)
Para lelaki telah keluar di jalanan
dengan kilatan-kilatan ujung baja
dan kuda-kuda para penyamun
telah tampak di perbukitan kuning
bahasa kini adalah darah.
Di belakang pintu berpalang
tangis kanak-kanak, doa perempuan.
Tanpa menang tiada kata pulang
pelari akan terbujur di halaman
ditolaki bini dan pintu berkunci.
Mendatang derap kuda dan angin bernyanyi:
‘Kan kusadap darah lelaki
terbuka guci-guci dada baja
bagai pedagang anggur dermawan
lelaki-lelaki rebah di jalanan
lambung terbuka dengan geram serigala!
O, bulu dada yang riap!Kebun anggur yang sedap!
Setengah keliling memagar
mendekat derap kuda
lalu terdengar teriak peperangan
dan lelaki hidup dari belati
berlelehan air amis
mulut berbusa dan debu pada luka.
2. Romance: puisi baru dengan isi tentang luapan perasaan cinta dan kasih sayang.
Contoh romance:
Aku Ingin (Karya Sapardi Djoko Damono)
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
degan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada.
3. Himne adalah puisi baru yang berisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Contoh himne:
Himne Karya Saini S.K
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
4. Epigram adalah puisi baru yang isinya menganai tuntunan atau ajaran hidup.
Contoh epigram:
Perjalanan Usia (Karya: Candra Malik)
Anak-anak tumbuh mendewasa,
akaknkah aku hanya tumbuh menua?
Kelak mereka butuh lawan bicara,
apakah kala itu aku kakek pelupa?
anak-anak tidak selamanya bayi,
mereka butuh tak hanya dimengerti.
Mereka punya mata, punya hati,
tidak cukup dengan harta diwarisi.
Sampai kapan usiaku ditakdirkan,
sampai batas itulah aku dihadirkan.
Sebagai orang tua, sebagai teman,
sampai batas waktu yang ditentukan.
Tak baik jika mereka di sini saja,
hangat dipeluk rumah dan keluarga.
Kehidupan itu pengembaraan jiwa,
dan mereka pengelana berikutnya.
Jika tumbuh dewasa ada ujungnya,
jangan sampai hanya menua sia-sia.
Dalam perjalananku menyusuri usia,
setidaknya harus pernah bijaksana.
5. Ode adalah puisi baru yang berisi sanjungan atau pujian untuk orang yang telah berjasa.
Contoh Ode:
Teratai (Karya: Sanusi Pane)
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri Laksmi mengarang
Biarpun ia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah, O Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau turut menjaga Zaman
6. Elegi adalah puisi yang memiliki tema atau isi tentang ratapan tangis atau kesedihan.
Contoh elegi:
Pada Suatu Pagi Hari (Karya Sapardi Djoko Damono)
Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil
berjalan tunduk sepanjang lorong itu.
Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi
agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis
dan tak ada orang bertanya kenapa.
Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk
Memecahkan cermin membakar tempat tidur.
Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri
dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.
7. Satire merupakan salah satu dari macam-macam puisi baru berdasarkan isi mengenai sindiran atau sebuah kritikan.
Contoh satire:
Aku Bertanya (Karya: W. S. Rendra)
Aku bertanya…
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.
Baca Juga: Macam-Macam Puisi Rakyat dan Contohnya
Macam-Macam Puisi Baru Berdasarkan Bentuk
Macam-macam puisi baru berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi delapan yaitu distikon, terzina, kuatrain, kuint, sektet, septime, oktaf/stanza, dan soneta. Penjelasan masing-masing jenis puisi baru tersebut dapat disimak melalui ulasan di bawah.
1. Distikon adalah puisi baru yang setiap bait puisi terdiri atas 2 baris.
Contoh distikon:
Hang Tuah (Karya: Amir Hamzah)
Bayu berpuput alun digulung
Bayu direbut buih dibubung
Selat Melaka ombaknya memecah
Pukul-memukul belah-membelah
Bahtera ditepuk buritan dilanda
Penjajab dihantuk haluan ditunda
Camar terbang riuh suara
Alkamar hilang menyelam segara
Armada Peringgi lari bersusun
Melaka negeri hendak diruntun
Galyas dan pusta tinggi dan kukuh
Pantas dan angkara ranggi dan angkuh
Melaka! Laksana kehilangan bapa
Randa! Sibuk mencari cenderamata!
“Hang Tuah! Hang Tuah! Di mana dia?
Panggilkan aku Kesuma Perwira!”
…
2. Terzina adalah puisi bari yang bentuknya memiliki tiga baris pada setiap bait.
Contoh terzina:
Cinta (Karya: Sanusi Pane)
Dalam ribuan pagi bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Bersinar bagai cendana
Dalam bahagia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mengwarna bagai sari
3. Kuatrain adalah puisi baru yang bentuknya terdiri dari empat baris pada setiap baitnya.
Contoh kuartain:
Pusat (Karya: Toto Sudarto Bachtiar)
Serasa apa hidup yang terbaring mati
Memandang musim yang mengandung luka
Serasa apa kisah sebuah dunia terhenti
Padaku, tanpa bicara
Diri mengeras dalam kehidupan
Kehidupan mengeras dalam diri
Dataran pandang meluaskan padang senja
Hidupku dalam tiupan usia
Tinggal seluruh hidup tersekat
Dalam tangan dan kari-jari ini
Kata-kata yang bersayap bisa menari
Kata-kata yang pejuang tak mau mati.
4. Kuint adalah jenis puisi baru yang terdiri dari lima baris pada setiap baitnya.
Contoh kuint:
Hanya Kepada Tuan (Karya: Or. Mandank)
Satu-satu perasaan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
5. Sektet adalah puisi baru yang setiap baitnya terdiri dari enam baris.
Contoh sektet:
Jeritan Malam (Karya: Nursjamsu Nasution)
Di kelam hitam mengepung
Menjerit peluit kereta malam
Merintih ke langit…
Derita hidup mengepung
Menjerit bangsaku sedang berjuang
Merintih ke langit…
Tenaga mesin mengembus kelam
Berputar roda atas rel tertentu
Terus menuju ke stasiun akhir
Semangat waja menembus kelam
Berjuang bangsaku atas CITA tertentu
Terus menuju negera Merdeka!
6. Septime adalah puisi baru yang tiap bait terdiri atas tujuh baris.
Contoh septime:
Indonesia Tumpah Darahku (Karya: Muh. Yamin)
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
7. Oktaf/Stanza adalah puisi baru yang memliki delapan baris pada setiap baitnya.
Contoh oktaf:
Awan (Karya: Sanusi Pane)
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus, akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teduh tenang
8. Soneta: bait puisi terdiri dari 14 baris yang terdiri dari bait pertama dan kedua masing-masing terdiri dari 4 baris, bait ketiga dan keempat masing-masing 3 baris.
Contoh soneta:
Gembala (Karya: Muhammad Yamin)
Perasaan siapa tidak kan nyala
Melihatkan anak berlagu dendang
Seorang sahaya di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala.
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang;
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja-kala.
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam, nan elok permai.
Wahai gembala di segara hijau
Mendengar puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau.
Sekian ulasan macam-macam puisi baru yang terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan isi dan bentuknya. Terimakasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat!
Baca Ju ga: Apa Perbedaan Puisi dan Prosa?