3 Organisasi pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia

Ada tiga jenis organisasi pada masa pendudukan Jepang yaitu organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan, semimiliter, dan militer. Organisasi militer bentukan Jepang yang bersifat militer adalah Heiho dan PETA. Organisasi yang bersifat semimiliter meliputi Seinendan, Keibodan, Fujinkai, dan Suishintai. Sedangkan organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan (non militer) meliputi Gerakan 3A, Putera, Jawa Hokokai, dan Masyumi.

Kemenangan Jepang atas Belanda menjadikan masa pendudukan Jepang di Indonesia yang secara resmi dimulai pada tanggal 8 Maret 1942. Selama masa pendudukan Jepang dimulai terjadi pembentukan organisasi yang memiliki tujuan tertentu.

Organisasi pada Masa Pendudukan Jepang

Tiga jenis organisasi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia memiliki tujuan utama untuk menyokong Perang Asia Raya. Walaupun pada akhirnya Jepang mengalami kekalahan pada perang ini. Perang Asia Timur Raya disebut juga dengan Perang Pasifik atau Perang Asia Pasifik adalah perang yang terjadi di Samudera Pasifik dan Asia.

Bagaimana rakyat Indonesia menyikapi organisasi pada masa pendudukan Jepang saat menduduki Indonesia? Apa fungsi dan tugas dari setiap organisasi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia? Sobat idschool dapat mencari tahu jawabannya melalui ulasan di bawah.

Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok Menuju Detik-Detik Kemerdekaan Indonesia

Organisasi pada Masa Pendudukan Jepang yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan

Organisasi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia yang bersifat sosial kemasyarakatan meliputi gerakan 3A, Putera, Jawa Hokokai, dan Masyumi. Ulasan di bawah menjelaskan profil dari masing-masing organisasi pada masa pendudukan Jepang yang bersifat sosial.

1. Gerakan 3A

Gerakan 3A adalah sebuah perkumpulan yang dibentuk oleh Jepang untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia. Semboyan dari gerakan 3 A adalah Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Pembentukan gerakan 3A dilakukan pada tanggal 29 Maret 1942 yang diketuai oleh Mr. Sayamsudin.

Namun gerakan 3A kurang mendapat simpati dari rakyat dan hanya bertahan selama beberapa bulan. Gerakan 3A dinyatakan gagal pada bulan Desember 1942

2. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)

Kondisi Jepang pada perkembangan Perang Asia Timur Rata berada di posisi yang terdesak. Kondisi ini membuat Jepang kehilangan kepercayaan dari rakyat Indonesia. Jepang kemudian bekerjasama dengan tokoh-tokoh nasional untuk mendapatkan simpati rakyat.

Jepang berusaha untuk menggerakkan seluruh rakyat melalui tokoh-tokoh nasionalis. Salah satu yang juga menjadi tujuan dari pembentukan Putetra adalah membangun dan menghidupkan kembali apa yang telah dihancurkan Belanda.

Selanjutnya dibentuklah organisasi yang disebut PUTERA oleh Ir. Soekarno, Ki Hajar Dewantara, dan Moh. Hatta, K. H. Mas Mansyur. Pembentukan Putera terjadi pada tanggal 16 April 1943 dan dibubarkan pada tahun 1944. Keempat tokoh yang mebentuk Putera dikenal dengan Empat Serangkai.

Tokoh yang Membentuk PETA

Baca Juga: Sejarah Lahirnya Pancasila

3. Jawa Hokokai

Kondisi Jepang pada perang Asia Timur Raya lebih semakin terdesak karena sekutu berhasil mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Sehingga pemerintahan Jepang membutuhkan bantuan, di sisi lain telah terjadi pembubaran PETA.

Selanjutnya, Jenderal Kumaikici Harada kemudian membentuk organisasi baru yang diberi nama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai berbeda dengan Putera. Di mana, Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah Jepang yang dipimpin oleh orang Jepang.

Peran Jawa Hokokai sebagai organisasi pada masa Pendudukan Jepang dalam membantu memenangkan perang adalah pengerahan tenaga dan memobilisasi potensi sosial ekonomi. Contoh bantuan yang diberikan misalnya dengan penarikan hasil bumi sesuai dengan target yang ditentukan.

4. MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) dan Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)

Jepang memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu melawan Sekutu sehingga dibentuklah sebuah organisasi Islam. Sebelumnya, ada organisasi Islam yang cukup berpengaruh pada pemerintahan kolonial Belanda namun tidak aktif yaitu MIAI.

Pemerintah pendudukan Jepang kemudian mengaktifkan kembali pada MIAI ada tanggal 4 September 1942 dengan harapan dapat dimobilisasi untuk keperluan perang.

Dalam perkembangannya MIAI mulai dipahami oleh Jepang sebagai organisasi yang tidak memberi konstribusi terhadap Jepang. Sehingga MIAI dibubarkan pada November 1943.

Jepang kemudian membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) sebagai gantinya. Tujuan Jepang membentuk Masyumi agar dapat mengumpulkan dana dan menggerakkan umat Islam guna keperluan perang Asia Timur Raya.

Ketua Masyumi ini adalah Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Beberapa tokoh lain di dalam Masyumi adalah Moh. Natsir, Harsono Cokroaminoto, dan Prawoto Mangunsasmito. Masyumi menjadi organisasi massa yang pro rakyat, sehingga menentang keras adanya romusa.

Baca Juga: Awal Mula Masuknya Jepang ke Indonesia

Organisasi pada Masa Pendudukan Jepang yang Bersifat Semimiliter

Selain organisasi militer, Jepang juga mendirikan organisasi-organisasi semi militer di Indonesia, antara lain Seinendan, Keibodan, Fujinkai, Jawa Hokokai, dan Sushintai. Profil dari setiap organisasi pada masa pendudukan Jepang yang bersifat semi militer terdapat pada ringkasan uraian di bawah.

1. Seinendan (Barisan Pemuda)

Seinendan dibentuk oleh pemerintahan Jepang pada tanggal 9 Maret 1943. Anggota Seinendan atau barisan pemuda adalah para pemuda berumur 14- 22 tahun. Tujuannya mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah air Indonesia.

Seinendan dalam pertahanan peperangan difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan barisan belakang. Tokoh perjuangan Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan adalah Latif Hendraningrat dan Sukarni.

2. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)

Keibodan atau barisan pembantu polisi adalah organisasi semimiliter yang anggotanya merupakan pemuda berusia antara 25 sampai 35 tahun. Organisasi ini dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Tujuan organisasi ini adalah untuk membantu tugas-tugas kepolisian Jepang pada masa penjajahan di Indonesia. Contoh kegiatan dalam membantu polisi yaitu mengatur lalu lintas dan pengamanan desa.

Keibodan juga memiliki ketentuan utama agar setiap orang yang dapat masuk harus memiliki badan yang sehat dan berkepribadian baik. Jika dilihat dari usia anggotanya, keibodan lebih siap dan matang untuk membantu tentara Jepang dalam keamanan dan ketertiban.

3. Fujinkai (Himpunan Wanita)

Fujinkai atau himpunan/perkumpulan wanita adalah organisasi semimiliter Jepang yang para anggotanya merupakan wanita berusia minimal 15 tahun. Pembentukan Fujinkai diprakarsai oleh para istri pegawai daerah dan diketuai oleh istri-istri kepala daerah tersebut. Sehingga dapat ditegaskan bahwa anggota Fujinkai adalah para wanita berumur 15 tahun ke atas. Pembentukan Fujinkai terjadi pada Agustus 1943.

Tugas utama Fujinkai ini yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan kursus-kursus.

Baca Juga: 3 Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

4. Suishintai (Barisan Pelopor)

Barisan pelopor atau suishintai dibentuk berdasar keputusan rapat Dewan Pertimbangan Pusat (Chuo-Sangi-In). Tujuan dari pembentukan organisasi ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan rakyat. Para anggota Suishintai diharapkan dapat membantu Jepang dalam mempertahankan Indonesia dari serangan musuh.

Suishintai dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi Suishintai berada di bawah naungan Jawa Hokokai.

Kegiatan dalam organisasi ini salah satunya adalah mengadakan pelatihan militer bagi para pemuda. Bentuk pelatihan militer hanya dengan peralatan sederhana seperti bambu runcing dan senapan. Beberapa tokoh yang pernah menjadi anggota Suishintai adalah Ir. Soekarno, R. P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo.

Organisasi pada Masa Pendudukan Jepang yang Bersifat Militer

Ada dua organisai pada masa pendudukan Jepang yang bersifat militer di Indonesia. Dua organisasi militer bentukan Jepang tersebut adalah Heiho dan Peta. Profil dari kedua organisasi pada masa pendudukan Jepang yang bersifat militer serta perbedaan keduanya terdapat pada ringkasan uraian di bawah.

1. Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)

Organisasi pada Masa Pendudukan Jepang yang Bersifat Militer

Heiho adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan dalam organisasi militer Jepang. Pasukan bentukan tentara Jepang yang berkedudukan di Indonesia ini dibentuk pada 2 September 1942. Pembentukan organisasi militer Heiho berdasar atas instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang.

Ada tiga tugas Heiho yaitu (1) membangun kubu dan parit pertahanan, (2) menjaga tahanan, dan (3) melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar lainnya untuk membantu militer jepang. Inti dari tujuan pembentukan Heiho adalah untuk membantu tentara Jepang.

Kesatuan Heiho merupakan bagian integral dari pasukan Jepang. Anggota Heiho sebagian besar berasal dari Jawa. Namun, dari sekian banyak Heiho tidak seorang pun berpangkat perwira.

2. Peta (Pembela Tanah Air)

PETA (Pembela Tanah Air)

Sumber gambar: Pembela Tanah Air (PETA)

PETA yang merupkana singkatan dari Pembela Tanah Air adalah tentara sukarela bentukan Pemerintahan Jepang pada masa pendudukannya. Pembentukan PETA berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Letnan Jenderal Kumakichi Harada sebagai tentara sukarela. Berdasarkan maklumat tersebut kemudian PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943.

Pada awalnya, PETA bertugas membantu Jepang dalam peperangan Asia Timur Raya. Namun dalam perjalanannya, PETA berbalik membela tanah air Indonesia. PETA membentuk gerakan perlawanan di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi pada 14 februari 1944.

Gerakan perlawanan yang dilakukan oleh PETA menjadi bagian penting bagi kemerdekaan Indonesia. Sehingga, PETA memiki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Organisai PETA kemudian merupakan cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Perbedaan Heiho dan PETA

Kedua organisasi, Heiho dan PETA, sama-sama merupakan organisasi yang bersifat militer. Antara Heiho dan PETA memiliki persamaan tujuan yaitu untuk membantu tentara Jepang berperang melawan Sekutu. Namun ada beberapa perbedaan profil antara Heiho dengan PETA. Perbedaan Heiho dan PETA dijabarkan pada tiga-poin di bawah.

Heiho:

  • Secara resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang, baik Angkatan Darat atau Angkatan Laut.
  • Bertugas untuk mengumpulkan pajak dari rakyat.
  • Tidak ada orang Indonesia yang berpangkat perwira dalam Heiho, karena pangkat perwira hanya untuk orang Jepang.

PETA:

  • Tidak secara resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang, namun langsung di bawah pemerintahan Jepang.
  • Bertugas sebagai mata-mata Jepang dalam membela atau mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu.
  • Lebih fleksibel dalam kedudukannya dalam hal kepangkatan, orang Indonesia diperbolehkan menjadi perwira.

Demikianlah tadi ulasan 3 jenis organisasi pada masa pendudukan Jepang yaitu organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan, semimiliter, dan militer. Terima kasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat!

Baca Juga: Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) dan Latar Belakang yang Melandasinya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *