Perdagangan internasional adalah kegiatan jual beli yang melibatkan suatu negara dengan negara lainnya. Secara umum, tujuan dari perdagangan internasional adalah untuk memenuhi kebutuhan yang disebabkan faktor-faktor tertentu. Faktor pendorong untuk melakukan hubungan dagang internasional adalah perbedaan kemampuan/sumber daya suatu negara dan potensi keuntungan yang akan diterima. Ada empat teori mengenai perdagangan internasional yaitu teori keunggulan mutlak, keunggulan komparatif, permintaan balik, serta pandangan kaum merkantilisme.
Bagaimana pengertian dari setiap teori perdagangan internasional? Apa perbededaan dari keempat teori perdagangan internasional tersebut? Sobat idschool dapat mencari tahu jawabannya melalui ulasan di bawah.
Table of Contents
- 1) Teori Perdagangan Internasional menurut Kaum Merkantilisme
- 2) Teori Keunggulan Mutlak (Adam Smith)
- 3) Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) dari David Ricardo
- 4) Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand)
1) Teori Perdagangan Internasional menurut Kaum Merkantilisme
Kaum Merkantilisme merupakan suatu kelompok dengan cita-cita dan ideologi kapitalisme komersial. Kaum mekantilisme memiliki pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara yang ditujukan untuk memperkuat posisi dan kemakmuran negara melebihi kemakmuran perseorangan. Beberapa tokoh pelopor teori Merkantilisme adalah Sir Josiah, Thomas Mun, Jean Bodin, Von Hornich, dan Jean Baptiste Colbert.
Teori perdagangan internasional dari kaum Merkantilisme berkembang pesat sekitar abad ke-16. Dasar pemikiran kaum Merkantilieme adalah mengembangkan ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi dengan mengusahakan jumlah ekspor harus melebihi jumlah impor.
Titik berat dari teori perdagangan internasional kaum Merkantilisme adalah memperbesar ekspor di atas impor, serta kelebihan ekspor dapat dibayar dengan logam mulia. Titik berat tersebut menjadi ide pokok yang terdapat dalam teori perdagangan internasional menurut pandangan kaum Merkantilisme.
Baca Juga: Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan
2) Teori Keunggulan Mutlak (Adam Smith)
Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang produksi. Tokoh dibalik teori keuntungan mutlak adalah Adam Smith. Ide dasar dalam teori keunggulan mutlak adalah adanya division of labour (pembagian kerja) dan spelisiasi/efisiensi porduk.
Pembagian kerja dalam skala internasional oleh negara-negara dapat menghasilkan sejenis barang dengan biaya yang lebih murah. Sehingga dalam mengadakan perdagangan negara tersebut memperoleh keunggulan mutlak.
Spesialisasi dan efisiensi produksi barang yang dilakukan oleh suatu negara akan berfokus pada barang yang menghasilkan keuntungan. Suatu negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi sendiri (dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan. Sehingga keunggulan mutlak diperoleh bila suatu negara mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang.
Sebagai contoh:
Hasil kerja seorang tenaga kerja di Jepang dalam satu hari dapat memproduksi 20 kg rempah-rempah atau 80 unit elektronik perhari. Sementara hasil kerja seorang tenaga kerja di Indonesia dalam satu hari dapat memproduksi 40 kg rempah-rempah atau 40 unit elektronik.
Dari kondisi tersebut, Jepang lebih unggul dalam hal produksi elektronik dan Indonesia lebih unggul dalam produksi rempah-rempah. Indonesia dan Jepang dapat melakukan kerjasama yang dapat menghasilkan keuntungan bagi kedua negara.
Menurut teori perdagangan internasional keuntungan mutlak, Jepang dapat melakukan spesialisasi produk elektronik dan Indonesia melakukan spesialisasi produk rempah-rempah.
Keuntungan bagi Indonesia:
Nilai dasar tukar dalam negeri di Jepang adalah 1 unit elektronik setara dengan 0,25 kg rempah-rempah. Sementara di Indonesia, nilai dasar tukar dalam negeri adalah 1 unit elektronik setara 1 kg rempah-rempah. Menurut teori perdagangan internasional keuntungan mutlak, Indonesia akan mendapat keuntungan yang nilainya setara dengan besar 1 kg ‒ 0,25 kg = 0,75 kg rempah-rempah.
Keuntungan bagi Jepang:
Nilai dasar tukar dalam negeri di Jepang untuk 1 kg rempah-rempah setara 4 unit elektronik. Sementara Nilai dasar tukar dalam negeri di Indonesia untuk 1 kg rempah-rempah setara 1 unit elektronik. Hubungan dagang antara Jepang dan Indonesia dapat menghasilkan keuntungan bagi Jepang dengan nilai yang setara dengan selisih dasar tukar dalam negeri yaitu 3 unit elektronik.
Baca Juga: Masalah Pokok Ekonomi
3) Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) dari David Ricardo
Tokoh dibalik teori keunggulan komparatif adalah David Ricardo yang menyampaikan bahwa teori keunggulan mutlak memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan dari teori keunggulan mutlak oleh Adam Smith menurut David Ricardo tidak bisa menjawab pertanyaan berikut.
Jawaban dari kedua pertanyaan tersebut adalah, tentu saja bisa! Bagaimana caranya? Jawabannya terdapat dalam teori perdagangan internasional dengan keuntungan komparatif.
Dasar pemikiran Ricardo mengenai adanya perdagangan internasional terdapat pada cara pengukuran keunggulan dari keuntungan yang dapat diberikan suatu negara. Di mana keuntungan dilihat bukan dari perbedaan absolutnya namun dari komparatif biayanya.
Hubungan dagang internasional akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil atau produktivitas tenaga kerja relatif yang besar untuk jenis barang berbeda.
Sebagai gambaran, suatu negara memiliki faktor produksi tenaga kerja dan alam yang lebih menguntungkan dibanding dengan negara lain. Sebaliknya di lain pihak terdapat suatu negara tertinggal dalam memproduksi barang.
Negara dengan faktor tenaga kerja dan alam akan lebih unggul dan lebih produktif. Antara negara yang lebih unggul dan produktif dengan negara tertinggal atas dua jenis barang maka tidak dapat mengadakan hubungan perdagangan.
David Ricardo mengungkap bahwa sekalipun suatu negara yang tertinggal dalam segala rupa tetap dapat ikut serta dalam perdagangan internasional. Hal tersebut dapat dilakukan asalkan negara tersebut menghasilkan barang dengan biaya yang lebih murah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan tenaga kerja dengan upah lebih murah dibanding dengan lainnya. Sehingga keuntungan komparatif dapat terjadi antara suatu negara lebih unggul untuk kedua produk dengan suatu negara yang mampu memberikan barang dengan harga lebih murah.
Sebagai contoh:
Jepang dan Jerman memproduksi dua barang yaitu mobil dan motor. Di mana produksi mobil dan motor di Jepang secara berturut-turut adalah 200 unit dan 800 unit. Sementara produksi mobil dan motor di Jerman secara berturut-turut adalah 100 unit dan 200 unit.
Baca Juga: 5 Jenis Instrumen Pasar Modal
Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa Jepang unggul dalam melakukan produksi kedua barang tersebut. Namun Jepang memiliki komparatif yang lebih banyak dibanding Jerman. Di mana produksi Jepang memiliki nilai 1 unit mobil setara dengan 4 unit motor. Sementara produksi Jerman memiliki nilai 1 unit mobil setara dengan 2 unit motor.
Meskipun Jerman tidak memiliki keunggulan mutlak, namun dapat melakukan kegiatan produksi yang lebih efisien dalam segi biaya. Di mana hanya melepaskan 2 motor untuk memproduksi 1 mobil, sedangkan Jepang perlu melepaskan 4 motor untuk produksi 1 unit mobil. Kondisi seperti ini dapat mendorong terjadi hubungan perdagangan internasional.
4) Permintaan Timbal Balik (Reciprocal Demand)
Tokoh dibalik teori perdagangan internasional reciprocal demand atau teori permintaan timbal balik adalah J. S. Mill. Di mana teori perdagangan internasional menurut Mill ini merupakan kelanjutan dari teori keunggulan komparatif.
Teori permintaan timbal balik mengungkap bagaimana titik keseimbangan pertukaran antara dua barang yang melibatkan dua negara melaui perbandingan pertukaran atau nilai dasar tukar dalam negeri.
Dalam teori timbal balik mengupayakan untuk menyeimbangkan antara permintaan dengan penawarannya. Di mana permintaan dan penawaran menentukan besarnya barang yang diekspor dan barang yang diimpor.
Teori permintaan timbal balik menyatakan bahwa selama terdapat perbedaan dalam rasio produksi dan konsumsi antar negara maka manfaat perdagangan internasional selalu dapat dilaksanakan. Manfaat dapat diperoleh ketika jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk produksi seluruh barang ekspor lebih kecil daripada jumlah jam kerja yang dibutuhkan jika seluruh barang impor diproduksi sendiri.
Demikianlah tadi empat teori perdagangan internasional yang meliputi teori menurut kaum merkantilisme, keunggulan mutlak, keunggulan komparatif, dan permintaan timbal balik. Terima kasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat!