Macam-Macam Majas

Macam-macam majas banyak ditemui dalam berbagai jenis karya tulis. Penggunaan macam-macam majas dalam sebuah karya tulis akan membuat sebuah karya tulis menjadi lebih enak untuk dibaca. Macam-macam majas juga dapat membangkitkan emosi pembacanya, baik untuk emosi marah, senang, sedih, dan lain sebagainya.

Pengertian majas adalah jenis gaya bahasa dalam sebuah bacaan yang digunakan penulis untuk menyampaikan pesan dalam sebuah tulisan secara imajinatif dan kias. Tujuan penggunaan majas adalah membuat gaya penulisan sebuah bacaan menjadi lebih menarik. Majas pada umumnya bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun konotasi. Majas dalam Bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu majas perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Setiap kelompok majas terdiri dari beberapa jenis majas. Setiap kelompok majas tersebut memiliki macam-macam majas di dalamnya.

Macam Macam Majas

Apa saja macam-macam majas yang perlu diketahui? Melalui halaman ini, sobat idschool akan mengenal macam-macam majas beserta contoh penggunaan macam-macam majas dalam sebuah kalimat.

Table of Contents

Majas Perbandingan

Kelompok pertama dari macam-macam majas yang akan dibahas adalah majas perbandingan. Jenis majas perbandingan merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, atau penggantian.

Macam-macam majas perbandingan meliputi majas personifikasi, majas metafora, majas asosiasi, majas hiperbola, majas eufimisme, majas metonimia, majas simile, majas alegori, majas sinekdoke, dan majas simbolik.

Majas Perbandingan

1. Majas Personifikasi

Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap layaknya manusia. Kalimat yang ditulis menggunakan majas personifikasi memposisikan benda mati yang seakan memiliki kemampuan sama dengan benda hidup.

Contoh majas personifikasi:

  1. Rumput di lapangan bergoyang kepadaku dan mengajakku untuk segera bermain di sana.
  2. Pensilku menari di atas kertas merangkai sebuah pantun.

2. Majas Metafora

Fungsi dari majas metafora adalah meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan. Contoh kata yang sering digunakan sebagai majas metafora adalah tangan kanan, tangan dingin, kepala dingin, muka merah, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat dengan majas metafora adalah:

  1. Pegawai tersebut merupakan tangan kanan dari komisaris perusahaan tersebut.
    Tangan kanan = orang yang dipercaya
  2. Ibu guru menegur Shani yang tertidur saat kelas sehingga membuat muka Shani merah saat terbangun.
    Muka Shani merah = Shani malu

3. Majas Asosiasi

Pengertian majas asosiasi adalah majas yang membandingkan dua objek yang berbeda, namun dianggap sama dengan pemberian kata sambung. Beberapa kata sambung yang digunakan dalam majas asosiasi adalah bagaikan, bak, atau seperti.

Contoh kalimat dengan majas asosiasi adalah:

  1. Dua kembar bersaudara di samping rumahku memiliki wajah bagaikan pinang dibelah dua.
    Pinang dibelah dua = memiliki wajah yang sangat mirip.
  2. Jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin di Indonesia seperti bumi dengan langit.
    Bumi dengan langit = perbedaannya sangat jauh

4. Majas Hiperbola

Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara berlebihan. Kalimat yang memuat majas hiperbola seakan memiliki arti yang tidak masuk akal. Penggunaan majas hiperbola digunakan untuk melebih-lebihkan keadaan.

Contoh kalimat dengan majas hiperbola:

  1. Ayah memeras keringat agar aku dapat terus bersekolah.
    Memeras keringat = bekerja dengan sangat keras
  2. Saat adik menyanyi, suaranya dapat membuat pecah gendang telinga.
    Memiliki arti sebenarnya bahwa suara adik tidak bagus

5. Majas Eufimisme

Gaya bahasa dalam majas eufimisme memiliki tujuan untuk mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus. Pemilihan kata dalam kalimat majas eufimisme akan membuat kalimat menjadi lebih bagus dibaca atau didengar. Contoh kata yang memuat majas eufimisme adalah:

  1. Setiap tuna wicara di Kecamatan Kabanjambe mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
    Tuna wicara = bisu
  2. Ani sudah menderita tuna rungu sejak lahir.
    Tuna rungu = tuli

6. Majas Metonimia

Penggunaan majas metonimia digunakan untuk menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada pada benda umum. Penggunaan benda umum ini sangat familiar untuk masyarakat umum, misalnya Rinso yang sangat mendominasi nama sabun cuci pakaian. Atau Aqua yang sangat mendominasi air mineral kemasan. Dan lain sebagainya.

Contoh kalimat yang memuat majas metonimia:

  1. Ibu selalu membeli Rinso untuk kebutuhan mencuci baju sehari – hari.
    (Rinso merujuk sabun cuci pakaian.)
  2. Aku lebih suka minum Aqua dari super market daripada the botol.
    (Aqua merujuk pada air mineral kemasan)

7. Majas Simile

Penggunaan majas simile hampir sama dengan majas asosiasi. Pada majas simile juga digunakan kata hubung seperti bak, bagaikan, atau seperti. Pada majas simile kata hubung bukan digunakan untuk membandingkan dua objek yang berbeda, namun digunakan untuk menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan.

Contoh kalimat yang mengandung majas simile:

  1. Setiap ia merasa resah bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
  2. Sejak ibunya meninggal, Ani merasa seperti hidup enggan mati tak mau.

8. Majas Alegori

Majas alegori adalah gaya bahasa yang menggunakan penggambaran atau kiasan untuk menerangkan sesuatu. Pada kalimat dengan majas alegori menunjukkan hubungan suatu objek dengan kata – kata kiasan. Bentuk kata kiasan dapat berupa istilah – istilah seperti kapal pecah, mata pisau, kertas kosong, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat dengan majas alegori:

  1. Kondisi Andi sedang di ujung tanduk akibat kecelakaan semalam.
    Di ujung tanduk = mengkhawatirkan
  2. Budi tidak pernah membereskan kamarnya, sehingga seperti kapal pecah.
    Kapal pecah = berantakan

9. Majas Sinekdoke

Majas sinekdoke digunakan untuk mengungkapkan sebagian untuk seluruh atau seluruh untuk sebagian. Sehingga jenis majas sinekdoke dibagi menjadi dua jenis, yaitu majas sinekdoke pars pro toto dan sinekdoke totem pro parte.

Majas sinekdoke pars pro toto
merupakan gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk menampilkan keseluruhan benda. Kata yang biasa digunakan untuk mengungkapkan kalimat dengan majas sinekdoke pars pro toto adalah batang hidung, ujung rambut, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat dengan majas sinekdoke pars pro toto adalah:

  1. Sejak kemarin, saya belum melihat batang hidung Roni.
  2. Ani akan selalu kelihatan ujung rambutnya saat ada yang mengajak makan.

Majas sinekdoke totem pro parte
adalah gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada sebagian. Contoh kalimat yang memuat majas sinekdoke totem pro parte: SMA N 1 Yogyakarta kembali berhasil menjuarai perlombaan baris – berbaris tingkat provinsi.

10. Majas Simbolik

Kalimat dengan majas simbolik memuat gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan. Contoh ungkapan yang biasa digunakan pada kalimat dengan majas simbolik adalah jinak – jinak merpati (hatinya mau tetapi tampak malu-malu), kambing hitam (orang yang disalahkan), tenaga badak (tenaganya sangat kuat), mengadu domba (memecah belah), lintah darat (rentenir), buaya darat (orang yang suka selingkuh atau bergonta-ganti pasangan), dan lain sebagainya

Contoh kalimat dengan majas simbolik:

  1. Perempuan itu selalu bersikap jinak-jinak merpati.
  2. Penjajah mengadu domba rakyat Indonesia dalam merebut wilayah di Indonesia.

Baca Juga: Contoh Struktur Kalimat yang Benar

Majas Pertentangan

Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Dalam majas pertentangan terdapat macam-macam majas yang meliputi majas litotes, majas paradoks, majas antitesis, dan majas kontradiksi interminis.

Macam-Macam Majas Pertentangan

1. Majas Litotes

Gaya bahasa yang digunakan pada majas litotes berkebalikan dengan majas hiperbola. Gaya bahasa pada majas litotes merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya. Kata – kata yang sering digunakan dalam membuat kalimat dengan majalah litotes adalah gubuk yang berarti rumah, recehan yang mengacu pada uang, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat dengan majas litotes:

  1. Kalau ada waktu, silahkan mampir ke gubuk kami.
  2. Semoga recehan ini bisa membantu kamu dalam mengatasi kesulitan ekonomi mu sekarang.

2. Majas Paradoks

Gaya bahasa pada majas paradoks digunakan untuk membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikannya. Kalimat yang memuat majas paradoks memiliki kondisi yang bertentangan dengan kondisi sebenarnya.

Contoh kalimat dengan majas paradoks:

  1. Di tengah ramainya ibu kota, saya selalu merasa kesepian.
  2. Kakek Amir sudah sangat tua, tetapi semangatnya melebih anak muda.

3. Majas Antitesis

Majas antitesis adalah penulisan kalimat dengan gaya bahasa yang memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan. Beberapa kata yang sering digunakan pada majas antitesis adalah besar – kecil, kaya – miskin, tua – muda, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat dengan majas antitesis:

  1. Pesta demokrasi dirayakan oleh rakyat kaya – miskin untuk kemajuan suatu bangsa.
  2. Bulan Ramadhan selalu disambut semua orang tua – muda yang datang setiap tahunnya.

4. Majas Kontradiksi Interminis

Kalimat pada majas kontradiksi interminis menggunakan gaya bahasa yang menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Kata yang biasa digunakan berupa konjungsi seperti kecuali, hanya saja, melainkan, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat dengan majas kontradiksi Interminis:

  1. Pemerintah memberikan fasilitas kesehatan gratis untuk semua warga, kecuali mereka yang mempunyai pendapatan lebih dari Rp5.000.000,00 per bulan.

Baca Juga: Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Pola S – P – O – K

Majas Sindiran

Bahasan macam-macam majas berikutnya adalah majas sindiran. Pada kelompok majas sindiran terdiri dari tiga jenis majas, yaitu majas ironi, majas sinisme, dan majas sarkasme. Pada kelompok majas sindiran, kata – kata kias yang digunakan memiliki tujuan untuk menyindir perilaku seseorang atau kondisi tertentu.

Majas Sindiran

1. Majas Ironi

Majas ironi dapat juga dikatakan sebagai sindiran halus. Gaya bahasa yang digunakan pada majas ironi bertentangan dengan fakta yang ada. Kalimat yang memuat majas ironi mengungkapkan fakta yang tidak sesuai harapan melalui sindiran halus.

Contoh kalimat dengan majas ironi:

  1. Baju kamu terlihat sangat rapi sampai banyak lipatan berkerut di mana – mana.
  2. Wajahmu sangat segar sehingga banyak minyak di sana.

2. Majas Sinisme

Majas sinisme adalah jenis majas sindiran yang menyampaikan sindiran secara langsung. Kalimat fakta yang diungkapkan menggunakan majas sinisme sama dengan kondisi sebenarnya. Contoh kalimat dengan majas sinisme Kepalaku terasa pusing setelah mengerjakan ujian matematika tadi.

3. Majas Sarkasme

Kalimat yang diungkapkan dengan majas sarkasme memuat sindiran secara kasar. Majas sarkasme dapat digunakan sebagai bentuk ungkapan penghinaan. Biasanya, majas sarkasme digunakan untuk mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata – kata kasar.

Contoh kalimat dengan majas sarkasme:

  1. Banyak orang malas yang akan menjadi sampah masyarakat.
  2. Belajarlah dengan rajin! Agar tidak menjadi beban untuk orang tua.

Baca Juga: Kalimat Majemuk Setara Beserta Pola S – P – O – K

Majas Penegasan

Kelompok macam-macam majas keempat yang akan diulas adalah majas penegasan. Majas penegasan merupakan jenis gaya bahasa yang bertujuan meningkatkan pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian. Macam-macam majas penegasan meliputi majas pleonasme, majas repitisi, majas Retorika, majas klimaks, majas antiklimasks, majas pararelisme, dan majas tauotologi.

Majas Penegasan

1. Majas Pleonasme

Gaya bahasa yang digunakan pada kalimat dengan majas pleonasme adalah penggunaan kata yang memiliki makna sama. Penggunaan kata dengan makna yang sama ini membuat kalimat terkesan tidak efektif, namun tujuan penggunaan dengan kata sama memiliki tujuan untuk menegaskan suatu hal.

Contoh kalimat dengan majas pleonasme:

  1. Suasana kelas menjadi sunyi senyap saat ujian Bahasa Indonesia sedang berlangsung.
  2. Ayah menepikan mobil ke pinggir karena ingin menerima telepon dari teman kerjanya.

2. Majas Repitisi

Majas repitisi adalah kalimat dengan gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat. Pada majas repitisi, kalimat disusun oleh perulangan kata, frasa, atau klausa yang sama. Tujuan perulangan pada kalimat dengan majas repitisi adalah untuk menegaskan hal yang terkait dalam majas tersebut.

Contoh kalimat dengan majas repitisi:

  1. Dia adalah satu – satunya anakku, Dia adalah satu – satunya putra kesayanganku, Dia yang akan meneruskan cita – citaku natni.

3. Majas Retorika

Majas retorika adalah kalimat dengan gaya bahasa yang memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya yang tidak perlu dijawab. Kalimat dengan majas retorika memuat kata tanya, namun kaya tanya di sini berupa kalimat penegasan. Kalimat tanya pada majas retorika tidak memerlukan jawaban.

Contoh kalimat dengan majas retorika:

  1. Kapan alun – alun kota pernah sepi saat tahun baru?
  2. Mengapa tidak pergi ke rumah makan untuk membeli makanan jika kamu malas memasak?

4. Majas Klimaks

Majas klimaks adalah gaya bahasa yang digunakan pada kalimat yang memuat urutan sesuatu dari rendah ke tinggi. Pada kalimat dengan majas klimaks terdapat kiasan yang menyebutkan suatu unsur dimulai dari yang paling sederhana/rendah/kecil sampai pada unsur dari yang paling kompleks/tinggi/besar. Kalimat kiasan pada majas klimaks menyatakan beberapa hal secara berturut-turut dan makin lama makin meningkat.

Contoh kalimat yang memuat majas klimaks:

  1. Setiap orang mulai dari bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, sampai orang tua sebaiknya memiliki asuransi kesehatan.

5. Majas Antiklimaks

Gaya bahasa yang digunakan pada kalimat dengan majas antiklimaks berkebalikan dengan klimaks. Dengan kata lain, gaya bahasa untuk antiklimaks menegaskan sesuatu dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.

Contoh kalimat dengan majas antiklimaks:

  1. Menjaga persatuan bangsa dan negara merupakan tugas semua pihak mulai dari presiden, menteri, abdi negara, sampai rakyat biasa.

6. Majas Pararelisme

Penggunaan majas pararelisme lebih sering ditemukan dalam puisi. Ciri khas dari gaya bahasa dengan majas pararelisme adalah mengulang-ulang sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Terdapat dua jenis pengulangan pada majas pararelisme, yaitu anafora dan epifora. Untuk Anafora adalah pengulangan kata di awal kalimat. Sedangkan epifora adalah pengulangan kata di bagian akhir kalimat.

Contoh kalimat dengan majas paralelisme:

  1. Hidup itu soal perjuangan
    Hidup itu soal memberi manfaat
    Hidup itu soal memberikan yang terbaik atas semua kesempatan yang dimiliki
  1. Kepulauan membentang dari sabang sampai merauke adalah Indonesia.
    Negara dengan berbagai suku bangsa dan keanekaragaman budaya itu Indonesia
    Negara tempat tinggal kita di Indonesia
    Tempat kita bernaung di hari tua adalah Indonesia
    Kita adalah Indonesia

7. Majas Tauotologi

Kalimat yang memuat majas tautologi menggunakan kata – kata bersinonim. Tujuan penggunaan kata bersinonim ini untuk menegaskan sebuah kondisi atau ujaran.

Contoh kalimat dengan majas tautologi:

  1. Indonesia akan menjadi tempat yang subur, makmur, gemah ripah loh jinawi jika setiap penduduknya mampu menjaga alam Indonesia dengan baik.

Sekian ulasan materi macam-macam majas, yang meliputi macam-macam majas perbandingan, majas pertentangan, majas sindiran, dan majas penegasan. Terima kasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat!

Baca Juga: Cara Menentukan Ide Pokok Bacaan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *