The great silk road atau yang akrab disebut jalur sutra adalah sebuah sebutan yang menunjuk pada rute perjalanan antar benua untuk keperluan perdagangan. Uraian jalur sutra membahas mengenai apa itu jalur sutra, mengapa disebut jalur sutra, dan apa fungsi keberadaan jalur sutra. Di mana jalur sutra merupakan sebuah jalur perdagangan membentang Timur–Barat yang menghubungkan Changan (sekarang Xian) ibu kota China dengan Konstantinopel ibu kota Rowami Timur (kekaisaran Byzantium). Nama jalur perdagangan ini diperkenalkan oleh seorang ahli Geografi Jerman bernama Ferdinand Richthofen pada 1877.
Pembangunan jalur sutra terjadi pada masa Dinasti Han yang secara resmi dibuka sekitar tahun 139 Sebelum Masehi. Panjang jalur sutra mencapai kurang lebih 6.500 km terbentang dari Tiongkok, Antiokhia, Suriah, dan berakhir di Konstatinopel.
Pada awalnya, rute dan wilayah yang dilalui jalur sutra mencakup wilayah daratan. Kendaraan yang biasanya digunakan untuk membawa barang-barang dagangan melalui jalur sutra adalah unta, kuda, keledai, dan yak (sejenis sapi). Dalam perkembangannya, selain jalur sutra darat terdapat juga jalur sutra laut yang disebut lebih disukai.
Mengapa jalur perdagangan yang menghubungkan Cina ke Eropa disebut jalur sutra? Di mana saja wilayah yang dilalui jalur perdagangan ini? Apa saja komoditas barang yang diperdagangkan? Sobat idschool dapat mencari tahu jawabannya melalui ulasan di bawah.
Baca Juga: Teori Masuknya Agama Islam di Nusantara
Mengapa Jalur Pedagangan yang Membentang dari Cina ke Eropa Disebut Jalur Sutra?
Nama jalur sutra didasarkan pada komoditas utamanya yaitu sutra sebagai barang yang diperdagangkan pada rute tersebut. Sutra adalah kain yang dibuat melalui penenunan kepompong ulat sutera.
Pada masa itu, sutra hanya dapat dibeli di China karena pemerintah China menjaga rahasia bagaimana cara pembuatan sutra. Sutra menjadi sangat berharga karena teksturnya yang halus, warnanya yang berkilau cerah dan tahan lama. Alasan tersebut membuat permintaan akan sutra sangat besar sehingga mendorong adanya hubungan perdagangan dengan China.
Jalur perdagangan yang menghubungkan China dengan Eropa memungkinkan adanya transaksi pedagagangan antar negara. Jalur ini diketahui dapat menumbuhkan ekonomi daerah yang dilewatinya.
Bentuk sutra yang diperdagangkan di jalur sutra berupa bentuk sutra mentah, gulungan sutra, permadani, pakaian, atau karpet. Karena produk perdagangan utama yang diperdagangkan berupa sutra membuat jalur perdagangan ini disebut jalur sutra.
Komoditas Perdagangan di Jalur Sutra
Sutra bukan satu-satunya produk yang dibawa oleh pedagang Tiongkok yang melalui perdagangan ini. Beberapa barang lain yang turut diperdagangkan di jalur sutra adalah rempah-rempah, permata/batu mulia, keramik/porselain khas Cina, teh, dan bubuk mesiu.
Di sisi lain, pedagang Romawi juga menggunakan barang sebagai alat tukar dengan pedagang Tiongkok. Barang yang umumnya digunakan sebagai alat tukar pada waktu itu adalah uang logam dalam bentuk kepingan emas dan perak, gelas khas Mediterania, dan wool.
Baca Juga: Teori Masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia
Kondisi Setelah Ditaklukannya Konstatinopel Oleh Turki Usmani
Kota Konstantinopel menjadi ibukota Romawi Timur dari tahun 330 hingga 1453 M. Konstatinopel menjadi kota penting dalam jalur perdagangan ini karena lokasinya yang stratgeis menghubungkan Asia dan Eropa. Aktivitas perdagangan yang padat membuat kota ini menjadi salah satu kota terbesar dan kota terkaya di dunia pada waktu itu.
Pada tahun 1453 M, Turki Usmani dibawah kepemimpinan Sultan Mekmed II menaklukkan kota Konstantinopel dan mengakhiri Kekaisaran Romawi Timur. Turki Usmani lalu menjadikan Konstantinopel sebagai ibu kota baru.
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada tahun 1453 menjadi titik balik bagi perkembangan ekonomi dan politik di Eropa. Kondisi ini dikarenakan Turki Usmani menutup jalur perdagangan dengan Barat setelah berhasil menguasai Konstatinopel oleh pada 1453 M.
Pada waktu itu, orang-orang Eropa masih banyak membutuhkan barang-barang dari timur. Sehingga, para pedagang berusaha menemukan rute baru untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dorongan bagi bangsa Eropa untuk menemukan rute laut menjadi awal mulanya zaman penjelajahan samudera.
Penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa Eropa berhasil menemukan rute laut yang menghubungkan Afrika dan Asia. Negara-negara Eropa kemudian dapat menemukan rute laut menuju ke China dan India. Penemuan rute baru ini menggantikan perdagangan darat yang dikuasai Turki Usmani.
Perubahan Rute Perdagangan (Jalur Sutra Laut)
Rute jalur sutra laut ditemukan karena adanya beberapa faktor pendukung dan kondisi yang terjadi pada masa itu. Beberapa faktor pendung adanya jalur laut adalah berkembangnya transportasi laut, adanya peperangan antara Romawi dan Persia, kebutuhan akan barang dari timur, dan ditaklukannya Kota Konstatinopel.
Awalnya, perdagangan antara Romawi dan China dilakukan dengan jalur darat dengan rute melalui Persia, melewati Asia Tengah/India, hingga sampai ke wilayah China. Namun, jalur darat ini memliki beberapa kekurangan dan resiko. Seperti, waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jalur darat sangat lama karena jarak yang harus ditempuh sangat jauh. Selain itu, produk yang bisa diangkut dengan karavan kuda/onta biasnaya tidak banyak. Jalur darat juga memiliki resiko adanya perampok dan bandid yang cukup besar.
Berbeda dengan jalur laut, kapal mampu mengangkut lebih banyak produk dagangan dan membutuhkan waktu tempuh yang lebih singkat. Sehingga, pedagang bisa mendapatkan untung lebih banyak karena dapat menjual produk yang lebih banyak. Pada waktu itu, cukup sering terjadi peperangan antara Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Persia. Kondisi tersebut membuat perdagangan dengan jalur darat tidak bisa dilalui karena terhalang oleh Persia.
Dengan berbagai faktor pendukung, terbentuklah jalur laut dengan rute melalui Laut Merah, Yaman, India, Selat Malaka (sumatera dan Semenanjung Malaya), Champa, hingga sampai di China.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Majapahit, Kerajaan dengan Corak Hindu-Budha Terakhir di Nusantara
Wilayah yang Dilalui Jalur Sutra
Rute pada jalur darat melalui kota-kota besar seperti Xinjiang, Kashgar, Samarkand, Bukhara, Teheran, Baghdad, Syria (kota palmira), Aleppo, Antioch, dan Konstatinopel.
Kashgar merupakan kota sumber air yang sering digunakan para pedagang sebagai tempat transit. Samarkand sangat terkenal karena mempunyai tukang kayu, ahli astronomi, sastrawan, dan adanya saluran air yang mampu menyuplai air untuk 200 ribu orang. Pada kota-kota besar tersebut menjadi tempat berkumpulnya para pedagang Tiongkok sebelum meneruskan perjalanan ke Eropa.
Beberapa pedagang yang menggunakan jalur sutra tidak melewati seluruh rute. Mereka biasanya pergi ke kota tertentu di jalur sutra lalu pulang. Barang mereka akan didistribusikan atau dilanjutkan pedagang lain hingga mencapai tujuan akhir.
Dengan berbagai faktor pendukung, terbentuklah jalur laut dengan rute melalui Laut Merah, Laut Arab, Teluk Benggala, Selat Malaka (meliputi sumatera dan Semenanjung Malaya), dan Laut China Selatan sampai ke wilayah China.
Jalur Sutra darat:
- Xinjiang → Kashgar → Samarkand → Bukhara → Teheran → Baghdad → Syria (Kota Palmira) → Aleppo → Antioch → Konstatinopel
- Xinjiang → Kashgar → Samarkand → Bukhara → Teheran → Baghdad → Syria (Kota Palmira) → Mesir → Afrika
Jalur Sutra laut:
- Laut Merah → Laut Arab → Teluk Benggala → Selat Malaka → Laut China selatan
Demikianlah tadi ulasan ringkasan singkat uraian jalur sutra yang meliputi bahasan pengertian, wilayah yang dilalui, komoditas yang diperdagangkan, dan perubahan rute jalur setelah jatuhnya Konstatinopel. Terima kasih sudah mengunjungi idschool(dot)net, semoga bermanfaat!
Baca Juga: Kerajaan Hindu-Budha di Nusantara